Thursday, September 18, 2014

Mudik September 2014 Bangunkarta

Perjalanan mudik kali ini agak beda dengan rute yang aku lalui sebelumnya. Baru sih ga, cuma agak beda saja. Sebenarnya setiap perjalanan mudik terasa baru, karena ada kesan yang berbeda dari waktu ke waktu. Perubahan sekecil apapun, jika diamati akan menjadi kesan tersendiri kan? Kadang, aku memang sengaja ingin mengambil jalur yang berbeda untuk mendapatkan kesan baru, namun rute ini memang harus aku ambil, justru karena perubahan jadwal perjalanan kereta api. Aku baru bisa naik kereta setelah jam 6 sore, jadilah pilihanku jatuh pada Bangunkarta yang berangkat jam 19.20, karena yang lain berangkat lebih sore lagi.
Hari Kamis, 11 September 2014 aku keluar kantor kira-kira jam 17.40, tidak terlalu tergesa-gesa karena waktu masih longgar. Sesampai di kost, ganti baju, langsung menuju ke jalan Rasuna untuk naik P20. Awalnya mau naik ojek, mengingat bawaan yang cukup berat, namun aku urungkan niat karena waktu masih panjang, jika naik ojek bakalan lama nunggu di stasiun, sangat membosankan. Sesampai di Gambir, aku langsung menuju musholla untuk sholat Maghrib plus Isya. Setelah sholat, aku naik ke lantai 2, menunggu sambil hape. Tidak berapa lama, ada pengumuman Bangunkarta sudah mau ke Gambir, aku segera naik ke lantai 3, ternyata menunggu si Bangunkarta cukup lama juga, sekitar 10 menit dia baru nongol.
Dengan harga tiket 325 ribu pada weekdays, aku mendapatkan gerbong yang dekil, tempat duduk yang ga ergonomis dan ac yang kotor, cuma ada sisi plus-nya, ac-nya ga terlalu dingin. Justru aku suka dengan ac yang tidak terlalu dingin, sehingga selimut yang dibagikan tidak terpakai semalaman. Tapi jujur, not joke, aku memang suka ac yang agak hangat buat tidur. Beberapa kali naik kereta super dingin, sesampai di tujuan, tenggorokan sakit dan badan meriang. Yah kira-kira rate lumayan lah, daripada naik bus hehehehe...
Rencana awal, aku mau turun di Jombang, tetapi di tengah perjalanan aku pertimbangkan lagi untuk turun di Nganjuk, dan akhirnya aku beneran turun di Nganjuk. Dasar Bangunkarta, performance ga banyak berubah, kereta telat cukup parah, hampir 1 jam, sehingga sesampai di Nganjuk sudah terang benderang. Namun lagi-lagi, ini cukup menyenangkan, karena aku tidak terlalu tergesa-gesa untuk sampai ke rumah, kebetulan ada urusan di Kediri. Dengan bawaan yang cukup berat, aku menyusuri jalan di tepian rel menuju ke jalan besar. Rencana-ku mau ke tempat pemberhentian bus yang menuju Kediri. Ketika melewati alun-alun, aku menyempatkan diri mampir ke mesjid Jami, cuci muka, bersih2 dan gosok gigi. Lalu aku lanjutkan perjalanan menyusuri warung Becek (gule kambing), pasar Nganjuk, ternyata cukup jauh jalan baru ketemu halte bus di ujung kota, perjalanan yang cukup jauh. Ga berapa lama, ada bus Kawan Kita. Dengan tarif 7000, sampailah aku di terminal Kediri, pas banget dengan kedatangan isteriku dari Prigi. Lama ga ketemu, terjadilah adegan peluk cium di depan terminal Kediri. Isteriku sampai mengeluh, wah luntur semua ni bedakku hehehe...
Selama di Kediri kami muter-muter dari pagi sampai sore. Agenda pertama, kami langsung menuju Polresta kediri buat memperpanjang sim A dan C isteriku. Proses cukup lancar, kira-kira jam 10.00 sudah kelar. Isteriku tersenyum berseri-seri mendapatkan sim-nya yang baru, ga was2 lagi buat naik motor dan mobil. Setelah cari SIM kelar, kami langsung lanjut agenda kedua, mengurus ibadah haji. Kami langsung menuju Bank Syariah Mandiri yang sekarang ada di sebelah Telkom Kediri. Kira-kira jam 11.00 kami menuju ke Depag, di depan kantor DPRD Kediri. Trus ambil foto di belakang Depag, cuma mahallllllllllllllllll sekali, 130 ribu buat 2 orang. Mungkin jika waktu longgar, mending foto sendiri, edit di Photoshop, jadi deh..., ga nyampe 20 ribu. But, it's OK, semoga jadi amal. Amin. Aku jumatan di mesjid depan Depag. Setelah itu, balik lagi ke BSM, dan balik lagi Depag. Ada 1 yang masih kurang, selembar Surat Keterangan Sehat dari Puskesmas atau dokter keluarga (buat peserta BPJS). Cari kesana kemari, ternyata Puskesmas dah pada tutup, akhirnya setelah hampir nyerah, isteriku telpon temannya yang juga dokter keluarga kami, dan kami akhirnya mendapatkan selembar surat itu. Begitu semua berkas terkumpul, kami segera titipkan di penjahit Ngronggo, saudara dari petugas haji di Depag, karena waktu sudah pukul 16.00, sementara Depag tutup pukul 15.30. Selesai sudah agenda dan rencana di Kediri. Tinggal capek dan letih. Akhirnya aku muter-muter cari penginapan buat beberapa jam untuk rebahan dan mandi, karena isteriku mau ke Jogja jam 23.00. Budget buat penginapan adalah di bawah 100 ribu, kami dapatkan Hotel Palapa di barat Sri Ratu, dengan tarif 75 ribu, tapi dengan kondisi yang memprihatinkan. Aku ga betah lama-lama di dalam hotel itu, setelah mandi dan rebahan sebentar, kami sudah check out dan memilih untuk tidur di mobil saja. Sebelumnya kami sempatkan cari pecel di Jl Dhoho. Rasanya ga terlalu istimewa, namun cukup mewakili kangen pada nasi campur Kediri (pecel plus tumpang). Cukup lam kami tidur di mobil yang kami parkir di alun-alun Kediri, ga terasa sudah hampir jam 23.00, travel isteriku sudah datang, dan setelah isteriku naik travel, aku segera menuju ke Prigi.

Friday, September 05, 2014

Mudik Lebaran 2014 Citilink

25 Juli 2014 16:00

Sebelumnya aku sudah ijin untuk pulang jam 16.00, ternyata hari ini ada pengumuman dari HRD untuk pulang jam 15.00, alhamdulillah. Untuk mengantisipasi macet, aku berencana naik KRL sampai ke stasiun Cawang, dilanjutkan ke Halim, namun rencana berubah. Salah seorang temanku menawarkan untuk naik ojek kenalannya, yang biasa mangkal di mesjid belakang kantor. Tak lupa, dikasihnya nomor HP si tukang ojek kepadaku. Jam 15.30, aku sudah keluar kantor, langsung mencari tukang ojek di parkirang mesjid, sesuai pesan temanku. Namun, belum ada tanda-tanda tukang ojek yang menunggu disana. Akhirnya aku menuju ATM BCA terdekat, dan cari-cari makanan ta’jil. Setelah selesai, aku menuju lagi ke parkiran mesjid, dan tukang ojek sudah ada disana. Langsung berangkat, lewat Jll Gatot Subroto. Ternyata lalu lintas ga terlalu macet.

Kira-kira pukul 17.00 aku sudah sampai ke bandara Halim, ternyata benar-benar ga jauh dari Cawang, jika susasana lalu lintas normal. Setelah melihat-lihat sekitar, aku segera menuju ke mesjid bandara yang cukup megah, menunggu sampai waktu buka tiba. Tak lupa, aku mengikuti acara buka bersama yang disediakan oleh takmir mesjid. Hidangan buka yang cukup sederhana, jika dibandingkan dengan mesjid-mesjid di daerah Karet, Setiabudi. 3 buah kurma dan segelas teh hangat. Yah, lumayan, buat mengganjal perut mengingat aku sama sekali ga bawa bekal. Ga sampai ikut jamaah Maghrib, aku langsung menuju ke boarding, karena hujan sudah mulai turun. Akhirnya aku sholat Maghrib di ruangan boarding. Menunggu ga terlalu lama, kami dipanggil untuk masuk ke pesawat Citilink tujuan Surabaya, tepat waktu banget.

Sekitar pukul 20.00 aku sampai di Juanda. Segera aku menuju pool Damri yang menuju ke Bungurasih. Tak lupa aku kirim pesan kepada istriku agar menuju ke Bungur juga. Sesampai di Bungur, aku segera menuju warung soto daging (15 ribu plus teh manis) di pintu masuk Ramayana, terus karena belum kenyang juga, aku teruskan makan bakso (8 ribu tanpa minum) di depan Bungur. Selesai makan, kami langsung menuju pemberangkatan bus ke Tulungagung. Kami pilih bus Pelita Indah Ekonomi AC langsung Nggalek.