Tuesday, May 13, 2014

Mudik Idul Adha 2014 H

Kali ini ada sesuatu yang cukup istimewa dengan perjalan mudik Idul Adha. Karena tidak mendapatkan tiket Gajayana, aku mudik dengan estafet menggunakan sepur dan bus. Kisah perjalanan aku bagi menjadi 2 bagian, yaitu Kisah Perjalanan Mudik dan Kisah Perjalanan Balik.

Kisah Perjalanan Mudik

Mudik kali ini aku lakukan pada tanggal 10 Oktober 2014, tepatnya jam 19.30 aku keluar dari kost. Teman-teman kost yang pada nonton TV pada teriak “jangan lupa bawa gethuk pisang ya”. “Kayaknya ga mungkin deh aku bawa gethuk pisang, secara aku tidak akan ke Kediri”, begitu gumamku dalam hati. Namun aku tetap menjawab “ya, beres”.

Sambil membawa tas yang lumayan berat, berisi Bio Janna dan habbah untuk keluargaku tercinta, aku menyusuri jalanan Setiabudi menuju jalan Rasuna Said untuk menumpang P20. Teriakan tukang ojek tak kuhiraukan, toh waktu masih sangat lama. Di tengah perjalanan, tak lupa aku mengisi perut dulu dengan makan soto Kudus (nulisnya sih soto Lamongan), yang kutebus dengan 10 ribu plus 1 buah krupuk uyel. Belakangan aku baru tahu klo plus 1 atau 2 krupuk uyel tetap 10 ribu, ternyata uang 1000 benar-benar sudah tidak dihargai sekarang. Kira-kira pukul 20.00 aku sudah berdiri di pinggir jalan Rasuna Said, namun P20 yang kutunggu ga nongol-nongol juga, bolak balik yang lewat P66. Khas banget syndrom angkutan umum, jika tidak ditunggu nongol, jika ditunggu ga nongol-nongol. Setelah menunggu hampir 30 menit, akhirnya P20 datang juga dalam kondisi lumayan penuh.

No comments: